Penggagas-penggagas semakin tua
mereka yang banyak ilmunya
makin lama makin termakan usia
yang muda entah mau atau tidak
menimba ilmu dari para sesepuh mereka
mungkinkah akan hilang dari peradaban
jika tiada penerusnya
penggagas-penggagas itu kebanyakan
adalah sastrawan
sastrawan yang bergerak dibidang seni dan bahasa,
tapi bukankah yang seharusnya menjadi penggagas itu
adalah guru
yang setiap harinya bertemu dengannya
yang setiap harinya memberi wejangan padanya
yang dapat menamkan tentang sifat itu padanya
sifat warisan leluhur yang sangat filosofis
akan terbentuk padanya
jika sudah sejak dini
dibiasakan dan diajarkan padanya
sastrawan hanya bisa membantu
jika hasil sastranya diminatinya
gurulah yang dapat membentuknya
memiliki sifat itu
sifat orang jawa njawani
yang saat ini hampir hilang
bahkan di kalangan masyarakat jawa sendiri
*maksud puisi di atas adalah isi hatiku yang sangat ingin menangis melihat apa yang terjadi pada kebiasaan masyarakat Jawa sekarang yang kebanyakan sudah tidak memiliki rasa saling menghormati. Lihat saja sekarang seorang anak keturunan suku jawa saja saat bercakapan dengan orang yang lebih tua banyak yang tidak menggunakan basa krama. Jika basa krama tidak di praktikan dalam kehidupan sehari-hari, dan hanya ada dalam teori mata pelajaran Bahasa Jawa saja, maka basa krama hanyalah simbol. Tahukah anda dengan menggunakan basa krama anda akan dihargai oleh orang lain (suku jawa). Dengan basa krama kita akan dapat menghargai derajat orang lain yang kita ajak bicara (unggah) dan menempatkan diri kita (ungguh) sebagaimana mestinya. Maaf jika ada salah kata, saya sebagai orang awam juga menerima kritik dan saran untuk memperbaiki.Terima kasih.
#ponggjeajarjawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar